RSS

Home is where your heart is

Gue lagi bosen banget, lagi males aja, tiap hari baca buku-buku pemikiran ini- itu. Metodologi studi Islam, ekonomi mikro, tafsir sosial, pemikiran Arkoun, apalagi bukunya Emile Durkheim yang ngebahas tentang totem-totem itu. Arg... ampun dije! Dan hari ini sampai pada titik jenuhnya. Dan gue perlu rehat sejenak.

Ya udah, gue coba lah bukalah blog-blog tentang traveling. Banyak blog yang gue baca, dan salah satu blog nulis begini 'home is where your heart is'. Ahgg... akika setuju banget! Rumah adalah dimana hatimu berada. Apa itu rumah? akankah hal itu merupakan sesuatu yang statis atau dinamiskah? apakah ia hanya merujuk pada benda?

Menurut gue si rumah adalah dimana elu ngerasa damai, tentram, bahagia dan yang terpenting bisa jadi diri lu sendiri. Gue ngerasa hangat dan damai saat ada di Bengkulu, berkumpul dengan keluarga. Gue juga ngerasa bahagia ketika ada di Jakarta dan Jogja. Tapi ada saat dimana gue sangat bahagia dan gue pengen nyari bahagia-bahagia yang lain. Well, dan gue juga somehow ngerasa tempat yang tak 'terjamah' sebelumnya adalah rumah. Entah kenapa gue ngerasa tempat-tempat yang pernah gue datangin adalah rumah-rumah gue. Dunia ini adalah rumah gue yang sebenarnya. Adakalanya gue kangen banget sama rumah-rumah gue itu *nunjuk peta. Ah, pengen jalan-jalan!

Pengalaman traveling gue emang gak sebanyak traveler lainnya. Tapi ada hal yang menjadi candu ketika gue traveling. Saat dimana gue jadi orang asing dan bebas menjadi diri gue sendiri. Kangen saat dimana gak ada jaim-jaimnya berteman dengan siapapun, nyepik-nyepik dengan bebas, ngobrol dan berbagi walau sebelumnya gak tau siapa dia, dan belajar menyebut namanya yang susah banget untuk disebut. Kangen melakukan hal-hal gokil; foto selfie dimana aja, berteriak dan sumpah-serapah saat disiram air yang gaaaak mungkin gue lakuin disini. Kangen ketika bisa menjadi makhuk sosial yang tidak terkukung oleh stigma negatif yang telah tertanam sejak kecil, dan akhirnya bisa berinteraksi dengan siapapun. Kangen banget bisa mandiri menentukan jalan gue sendiri dan bisa menyelesaikan banyak problem ketika bermasalah dengan imigrasi mereka. Kangen banget saat dimana diri ini cuma duduk manis pake hetset dengerin musik favorit sambil memandang keluar jendela melihat hamparan sawah, jalan, dan pemandangan, sedang kendaraannya tetap jalan. Kangen saat dimana kita dapat menemukan diri kita sendiri, tanpa sudut pandang orang lain, menjadi makhluk yang relijius oleh tantangan-tantangan. Dan akhirnya bisa menemukan diri gue yang sebenarnya. Ah, gue kangen rumah. :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar