Barusan nonton Rudi Habibie. Selalu kagum sama eyang Habibie. Semoga suatu hari bisa ketemu (lagi) dengan beliau. Film ini ngajarin kita buat curhat ke Allah kalo lagi ada masalah. Yang keren banget itu kata Papinya yang bilang 'jadilah mata air yang jernih'. Dan mata air itu biasanya berasal dari tempat yg bergejolak.
Semoga Indonesia makin baik baik baik lagi kedepannya.
Hari lebaran kedua saya beserta
sebagian keluarga mudik ke Kaur, sekitar 6 jam perjalanan dari kota Bengkulu.
Kami sampai di Rumah Tamang dan Bini dari pihak Ibu sekitar pukul 12 siang.
Akhirnya saya ketemu lagi dengan Bini setelah setahun tidak berjumpa. Senang
dan bersyukur rasanya melihat Bini sehat kembali. Saya sempat takut dan cemas
ketika Desember lalu Bini mengalami sakit yang cukup berat dan sempat dirawat
beberapa minggu di RSUD. Alhamdulillah sekarang sehat. Saya memeluknya erat.
Sorenya kami Hulu, sekitar 20
menit dari rumah tamang. Makwo, Kakak ayah, syukuran buat rumah baru. Rumahnya
sekarang bagus dan kekinian. Makwo bikin rumah lagi diusianya yang senja karna
rumah lama terbuat dari kayu dan sebagian dimakan rayap. Papan dan kayu
tersebut sudah lebih 30 tahun dan berasal dari Berang Sane.
Ketika pulang seperti ini,
seluruh keluarga biasanya berkumpul dan ngobrol sampai malam. Saya merasa hidup
itu sebetulnya ‘sederhana’. Karena biasanya yang menjadi focus perbincangan
mereka, misalnya:
Si
A sudah SD, SMP, SMA? Kuliah dimana? *Nggak akan nanya lebih jauh tentang
detail sekolah apalagi urusan IPK, dosennya siapa, atau permasalahan rumit
lainnya.
Si
B mau menikahkan anaknya tanggal blablablaa. Menikah dengan Si C bin D bin E.
Kerjanya dimana?
Si
F meninggal. Karena apa? Karena penyakit, ada karena kecelakaan dan ada yang
abis melahirkan.
Si
G selingkuh dengan Si H. Aee.. kok bisa? Nggak malu? Samelah
Si
I jadi tentara perdamaian di Lebanon. Sekarang selesai masa tugas dan mudik ke
kampung.
Si
J cerai sekarang kawin lagi dengan Si K.
Anak
Si L kembar 3. Lucu banget.
Si
M menjual tanahnya laku 1 miliar mau dijadikan tambak udang. Siapa sangka tanah
seperti itu ternyata laku semiliar. Si M kaya mendadak, beli rumah beli mobil.
Istrinya berkalung emas banyak.
Hidup ini
kadang sesimpel itu ya. Yang menjadi focus manusia adalah lahir, sekolah,
pekerjaan, pernikahan dan kematian. Kadang kita secara personal mengganggap apa
yang kita hadapi adalah permasalan yang sulit. Namun semuanya kembali lagi
kejalan takdir. Suratan tangan. Kalau kata orang disana ‘walaupun lahir dengan
bapak dan ibu yang sama, tapi masing-masing bawa jalan rezeki, jodoh, takdir
yang berbeda’. Setiap orang memiliki jalan hidup masing-masing. Hidup ini
seperti musafir. Kita berhenti sebentar di dunia, kemudian meneruskan
perjalanan. Menapaki jalan yang berbeda yang berakhir pada suatu muara.
Saat lebaran dikampung
ini, kami bersilaturahmi ke rumah sanak family. Salah satunya seorang datuk
(baca: kakek). Mukanya masih cerah dan
fisiknya masih kuat. Umurnya sudah 70an. Istrinya sudah lebih dahulu meninggal.
Dia bilang begini: “Aku sebenarnya ingin setelah naik haji, 3 atau 4 tahun
kemudian meninggal. Biar tua nggak nyusahi anak cucu”. Hal seperti ini menarik
bagi saya. Kita yang muda pengennya umur panjang dan sehat selalu, bisa
jalan-jalan kesana kemari, memenuhi keinginan ini dan itu. Namun ternyata jika
telah tua, bukan lagi umur panjang yang diinginkan, orang tua menginginkan
kematian yang mudah dan tidak menyulitkan. Setiap bertambah umur, berbeda pula
keinginan seseorang.
Setiap orang
punya kisah kehidupan masing-masing. Ada yang sangat hobi mancing dilaut. Sampai-sampai
pahanya pernah digigit hiu, dia tetap meneruskan hobinya. Ada yang
dipindahtugaskan ke daerah, tapi anaknya tetap ditempat lama. Ada yang
dilangkahi adiknya menikah. Ada yang gagal terus masuk universitas. Ada yang akan
mengadakan syukuran tanggal ini tanggal itu. Ada yang akan panen bulan
blablabla.
Saya, Ayah dan
kedua kakak sepupu juga berkesempatan ngegawangan (bahasa lainnya: nyekar) ke
makam Bini, Tamang, dan Tuyuk dari pihak Ayah di Berang Sane. Mereka telah
meninggal ketika ayah masih muda dan belum menikah. Jadi saya belum sempat
mengenal mereka. Selama saya bisa mengingat, baru kali ini saya kesana. Tapi katanya
sih saya pernah kesini waktu kecil. Letaknya jauh dari permukiman warga. Daerah
tersebut merupakan desa lama yang telah dialihkan. Tahun 1980-an pernah terjadi
banjir bandang, empat desa terkena banjir tersebut termasuk desa tempat tinggal
ayah, Gandesuli. Sehingga pemerintah mengrelokasi warga empat desa tersebut
ketempat baru. Daerah tersebut ditinggalkan. Dan sekarang semuanya telah
berganti menjadi area persawahan. Makam Bini, Tamang dan Tuyuk letaknya tidak
jauh dari bekas daerah Gandesuli tersebut. Tuyuk (ayahnya Bini) meninggal tahun
1937, karena jatuh dari pohon damar. Beliau saat itu sedang mengambil getah
damar untuk dijual untuk biaya sekolah Bini di Kota Bengkulu. Sangat berat
perjuangan orang dahulu untuk pendidikan anaknya. Saya saat itu baru sadar
ternyata sebelum kemerdekaan bini sudah sekolah jauh sekali. Naik mobil dari
Kaur ke Bengkulu aja makan waktu 6 jam. Gak kebayang kalo jaman dulu berapa
lama. Tamang dan Bini meninggal tahun 1986. Beda 37 hari jarak wafatnya. Semoga
Arwah dan amal kebaikan mereka diterima Allah dan dilapangkan kuburnya. Amin.
Ayyarg Luas
Perjalanan dari
rumah Makwo untuk sampai Berang Sane harus melalui jalan raya kemudian masuk ke
gang kecil lalu jalan yang disamping kiri-kanannya hutan, kemudian melewati
perkebunan, setelah itu melewati jembatan kayu yang panjang sekali diatas
Ayyarg Luas (sungai yang luas) dan kemudian melewati persawahan lagi, kemudian
melewati jembatan gantung berbahan kayu lagi. Untungnya saat ini jalan kesana
sudah dibuat jalan setapak khas PNPM sehingga memudahkan akses motor. Kakak sepupu
saya bercerita bahwa jalan PNPM ini sangat membantu warga menggangkut hasil
bumi dengan menggunakan motor. Terimakasih PNPM. Kemudian, setelah sampai
didekat sungai kecil lainnya, kakak sepupu saya memarkirkan motor dipadang
rumput didekat sungai. Sandal-sendal juga diletakkan disana.
kebun kelapa
Selanjutnya, kami
jalan nyeker melewati sungai kecil tersebut. Riak air sungai terdengar merdu,
suara burung bersahutan, mentari yang mulai naik keperaduan.
sungai dekat makam
Airnya dingin dan jernih
Setelah melewati
sungai tersebut kemudian melewati kubangan lumpur dan berjalan jalan setapak
sedikit menanjak dan sampailah ke makam tersebut. Disanalah akar keluarga saya
disemayamkan. Kami berdoa untuk mereka.
Setelah itu,
kami mengunjungi daerah yang dulunya adalah desa Gandesuli. Kami berjalan
keluar, melewati sungai lagi, kemudian berjalan kearah perkebunan kelapa dan
melintasi kali kecil. Dan akhirnya sampailah ke tempat yang dulunya tempat ayah
lahir, dan menghabiskan masa kecilnya. Sekarang, sepanjang mata memandang,
daerah tersebut telah berubah menjadi persawahan yang luas. Bayangkan, area
empat desa menjadi persawahan. Pengairan sawah tersebut berasal dari Ayyarg
Luas. Ayah bernostalgia. Disini ada pohon mangga, disitu rumah Tamang dan Bibi.
Rumahnya dulu bentuknya begini begitu. Disana rumah si A disana Rumah si B.
disana tempat para ibu membuat tikar dari kelapa. Saat berada disana saya
merasa bahwa dunia ini terus berputar. Semuanya mengikuti siklus kehidupan.
Senang rasanya mengetahui asal usul kita. Mempelajari kebijaksanaan dari alam.
Tanah yang dulunya berdiri rumah tamang dan bini
Setelah
dari sana kemudian kami pulang ke rumah Makwo.
Setelah acara
di rumah Makwo selesai, kami kemudian ke rumah Tamang dan Bini dari pihak Ibu. Malam
harinya diadakan syukuran kelulusan S2 saya dan sepupu saya. Syukuran ini telah
diniatkan oleh Tamang. Jangan heran, di kampung saya ini memang sering sekali
syukuran. Bikin rumah syukuran, bayar nazar, syukuran kelulusan sekolah, syukuran
anak dan cucu pulang kampung, syukuran selamat dan sehat, syukuran pernikahan,
dan lainnya. Pendidikan dinilai sangat tinggi di daerah ini. Dari masa
penjajahan, masyarakat disini telah terbiasa menyekolahkan anaknya, ke desa
lain, kota lain, atau pulau lain. Para orangtua akan berusaha semaksimal
mungkin agar anaknya dapat bersekolah. Sepertinya hal tersebut sudah menjadi
adat disini. Kalau sedang bersilahturahmi ke rumah sanak family, adalah hal
yang lumrah mendengar bahwa anaknya sekolah di Bengkulu, Jakarta, Bandung,
Jogja, Solo, Semarang, dan lainnya.
Keesokan harinya,
kami kembali pulang ke kota Bengkulu. Beberapa kali masih singgah bersilaturahmi
dirumah saudara-saudara yang dilewati. Kemudian mereka ada yang memberi
beberapa botol minuman dan pempek. Haha…benar ya kata orang kalo bersilaturahmi
memperpanjang umur dan melancarkan rezeki.
Sepanjang perjalanan
saya menatap keluar jendela mobil. Mata menatap pepohonan yang asri, rumah
penduduk, kehidupan. Berpikir, berpikir, dan berpikir tentang wisdom yang
diperoleh dari perjalanan. Hidup ini sebetulnya sederhana, sesegala suatu ada
muaranya, semua permasalahan ada jalan keluarnya, bahwa takdir setiap orang
berbeda. Tidak mengapa punya keinginan dan impian karena hal tersebut merupakan
penyemangat hidup, namun segala sesuatu Tuhanlah yang menentukan. Perjalanan memang
selalu mengajarkan sesuatu yang baru. Bahkan perjalanan mudik lebaran sekalipun.
Ini cerita penderitaan saya bersama seorang teman saya. Jadi dua hari yang lalu, kami jalan-jalan muter jogja. Kemudian tujuan terakhir adalah beli titipan temen kosan yang minta beliin bakpia buat oleh-oleh mudik. Kami pun beli bakpia pia di samping Puri arta Demangan, Setelah asik belanja-belanja, kami gak langsung capcus pulang, tapi nunggu hujan rada redaan dulu. Kebetulan hari itu cuaca lagi gak bersahabat. Setelah agak redaan temen saya yang bawa motor ini tadi buka jok motor untuk nyari pengelap jok yang basah, dan dia gak sengaja naro kunci motor didalam jok motor dan joknya gak sengaja juga ketutup.
Hadohh... hujan tambah deras, kami pun inisiatif nyari tukang kunci yang ada gak jauh dari lokasi. Pas ditanya, si bapak gak bisa ngebuka kunci motor. Terus kami disarankan buat ke tukang kunci lainnya. Hujan tambah lama tambah deras. Kemudian kami paksakan lagi melangkahkan kaki mencari tukang kunci selanjutnya. Dan Bapak kunci yang kedua ini mau diajak ke lokasi motor.
Pas nyampe di lokasi motor, Bapaknya udah nyiapin alat-alat kayak kunci dan semacamnya. Tapi taukah kau kawan... si Bapak kemudian minta pegangin jok motor dan dan diangkat agak keatas biar tangan temen saya bisa ngambil kuncinya. Healaah ternyata cara ngambil kunci yang gak sengaja masuk kedalam jok motor itu simpel, tinggal diangkat sedikit keatas joknya. Hahahaa...
Terus temen saya nanya "berapa pak?", kata si bapak "dua puluh ribu mbak".
Dua puluh ribu untuk harga sebuah ketidaktahuan.
Hahahaaa.... Ok fix, kami menertawakan kebodohan kami sepanjang perjalanan pulang.
Nb: Postingan ini saya dedikasikan kepada pembaca yang lagi panik kunci motornya kemasuk ke jok motor. Ingat, Semua permasalahan ada jalan keluar :P
Laptop saya itu bermasalah, gak bisa ngetik angka 6, 8 dan 9. Jadi kadang klo mau masukin angka-angka tersebut, saya siasati dengan nyimpen di notes.
Hal ini sangat menyulitkan pas nulis tesis dulu. Karena saya harus insert symbol kalo lagi butuh angka-angka tersebut.
Sampe sekarang masih kebawa-bawa untuk ngehindari angka itu klo ngetik. Kadang pas lagi ngetik di hape juga, dua detik kemudian baru sadar oh iya ya ini hape. Angka-angka itu ada. Hahaaa....
Sepertinya laptop ini harus segera diinstal ulang. :D
Awal bulan Mei ini banyak tanggal merah yang berderet berjejer rapi, serapi gigi bintang iklan Close up haha... Untuk memanfaatkan super long weekend tersebut, saya dan kedua temen saya pergi ke solo dan semarang.
Perjalanan dimulai dari Jogja dengan naik kereta prameks di stasiun Maguwo, karena stasiun ini yang paling gampang diakses dari kampus. Dua tahun di Jogja, baru kali ini saya nyobain kereta ini. Murah meriah euy, hanya dengan delapan ribu udah nyampe Solo. Berhubung ini liburan panjang, jadinya tiket kereta prameks cepet banget abis, Kami sampe di Stasiun Maguwo Jam setengah 10, rencananya mau ambil yang perjalanan jam 10. Tapi yang tersedia cuma yang jam 11.20. Jadilah kita nunggu, biar rada keren dikit nunggunya di bandara dekat pintu kedatangan haha... mayan bisa sambil nonton tv :P
Naik Kereta, tapi nunggunya di Bandara. Gaya!
Nyampe Solo sekitaran jam 1 trus sholat di stasiun solo balapan. Mayan bisa selonjoran dulu. Terus Kami langsung mesen tiket PP buat keesokan harinyanya dari Solo ke Semarang dan Semarang ke Solo. Naik Kereta Kalijaga seharga sepuluh ribu. Selanjutnya kita ke Kraton Solo
Ukiran lampu di depan Kraton, lihat ada tulisan PB X.
Habis dari kraton kita keliling-keliling bentar ke mesjid ageng. Setelah itu lanjut jalan lagi trus duduk istirahat di depan gedung Bank Indonesia. Nah pas lagi duduk-duduk ini ada mas-mas yang lagi midioin temennya yang main sepatu roda, keren deh bisa loncatin tangga trus turun lagi. Luwes banget
Duduk santai depan kantor Bank Indonesia
Kebetulan pas ke Solo ini ada parade festival hadroh. Kan Tulisannya Parade, Ekspektasi saya itu acara bakal kaya pawai atau ada festival apa gitu djalanan. #ekspektasiiiii tingggiiiiiii jika tak berawal indaaaahhhhhhhh #
Ternyata lebih ke acara sholawatan bersama. Karena udah cape jalan seharian, kami pada ngantuk dan memilih buat pulang kekosn temen deket UNS. Padahal ya acaranya baru juga mulai setengah jam-an hahaha. Trus Kami nyari taksi kagak ketemu. Trus Azka inisiatif nanya ama polisi-polisi yang lagi mengamankan acara. Pak polisinya baik deh, kita di teleponin ke taksi trus pas taksinya dateng pak polisinya mastiin ke supir taksi biar diantar ke alamat yang dituju. Duile, akika terharu...baru kali ini ngerasa polisi itu ngayomin masyarakat, soalnya biasanya image polisi kan gak jauh-jauh dari tilang menilang :P
Keesokan paginya kita udah cauu ke statiun. Kereta Kalijaga Berangkat dari Solo balapan jam 5.20. Keretanya lumayan nyaman. Sampe Semarang kira-kira jam 9.
Menuju Semarang
Dari stasiun Poncol semarang, kemudian langsung menuju Lawang Sewu. Kami naik angkot setelah beberapa kali nanya. Anehnya nih, pas mau bayar dan nanya tarif angkotnya eh Bapak supir angkotnya malah nanya balik "biasanya berapa?" lah kita kan gak tau mangkanya nanya. Terus pas dikasih malah pake nanya balik ini buat berapa orang. Temen kosn yang pernah ke Semarang juga pernah cerita kalo naik angkot di Semarang itu rada 'ribet' buat 'orang luar'.
Setelah turun dari angkot kemudian kami jalan ke pintu masuk Lawang Sewu. Ngeliat daftar tarif masuk 5 ribu untuk pelajar dan 10 ribu untuk umum. Mahasiswa mah nggak mau rugi, kami nyiapin kartu perpustakan penenawa bahwa kami mahasiswa. Tapi pas diloket petugasnya bilang gak bisa, bayarnya 10 ribu. Gagal berhemat haha..
Belum ke lawang sewu kalo belum foto disini
Ngambil foto-foto mainstream dipintu ini rada susah. Soalnya pas kesana lagi rameee banget, dan antri. Difoto ini terlihat Risna begitu santai dan tempatnya terlihat sepi, hhhmm... padahal lima detik kemudian ramenya ampun-ampun.
Perjalanan berikutnya berlanjut ke kuil sam po kong. Petugas di Lawang sewu nyaranin naik taksi soalnya kalo naik angkot harus nyambung dua kali dan klo di itung-itung lebih murah naik taksi. Di Perjalanan menuju sam po kong, bapak supir taksinya banyak cerita, ternyata sam po kong itu nama aslinya laksamana cheng ho. Si bapak juga cerita kalo dulunya kuil sam po kong itu sebagian ada yang dipake buat mesjid dan sebagian buat klenteng karena Cheng ho dan sebagian pasukannya beragama islam dan sebagian lagi tidak. Jadi semacam toleransi umat beragama begitu deh menurut penjelasan si Bapak. Tapi sekarang kuil ini seluruhnya di pake jadi klenteng. Si bapak supir juga cerita kalo Cheng ho ini merupakan penyebar agama islam di Semarang dan daerah sekitaran kuil sam po kong ini dulunya adalah laut. Nah bagian yang laut ini saya rada bingung karena gak keliatan lautnya.
Saat kesana, lagi ada atraksi barongsai. Cukup menghibur. Apalagi waktu penonton <kebanyakan anak-anak> diperbolehkan ngasih angpau. Anak-anak itu pada berkerumun berebut ngasih angpau ke barongsai. tapi lucunya ada juga anak-anak yang nangis kejer, ada yang lari meluk ibunya gegara takut barongsai.
Setelah sekitaran jam 1, kami memutuskan buat ke hotel. Badan udah lelah bawa tas berat kemana-mana. Kami udah booking hotel sebut saja Hotel Elizabeth yang terlihat kece badai maksimal lewat situs booking.com. Kami ngambil yang satu kamar bertiga dengan harga 250 ribu, disitus tertulis fasilitas yang akan didapat adalah kulkas, handuk dan teman-temannya, tv kabel, sarapan, wifi. Intinya terlihat perfect lah.
Pokoknya pas diperjalanan menuju hotel, saya berekspektasi akan tidur leyeh-leyeh sambil nonton tv kabel dengan AC yang sepoi-sepoi. Ngebayangain gambarnya di internet ada udah bikin hati senang dan pengen cepet-cepet sampai hotel.
Pas check in apa yang terjadi sodara-sodara??! kamar hotelnya jaaaauhhh banget dari apa yang ada di internet. Kamarnya terlihat suram. Lampunya cuma satu yang nyala itupun redup. Kamar mandinya duhh, susah jelasinnya. Terus saya dan Azka memutuskan untuk komplain ke resepsionis dan Risna nunggu di kamar. Pas mau turun kebetulan ketemu sama petugas hotel yang lain dan kami nanyain kamar lain, dan ternyata ada kamarnya yang persis kaya digambar. Trus kami bilang ke Mas resepsionisnya 'mas kami booking.com kamar yang ini, kok dapetnya kamar itu ya, boleh gak kami di kamar yang kaya digambar? soalnya di situs fasilitasnya bla bla bla bla'. Mas resepsionisnya bilang 'Maaf mbak, kamar itu sudah dibooking juga'. Tapi kan kami mesennya kamar yang kaya dgambar. Trus katanya oooh itu foto digambar bla bla bla dan sekarang kamarnya sudah penuh. Jadi gak bisa diganti. Ya udah kami ngalah, udah capek banget pengen istirahat, tapi kami minta dipasang lampunya sekalian handuk yang dikasih kurang.
Gak lama kemudian datang mas-mas yang masang lampu kamar dan nganterin handuk. Saya, Azka dan Risna udah mulai mengontrol diri dan berusaha nerima. Tapi pas ngidupin tv boro-boro tv kabel yang ada malah tv saluran biasa yang gambarnya sesekali kaya semut. Wifi cuma bisa di akses diarea lobi. Shower nya arah yang merah harusnya panas malah dingin dan dingin malah panas. Trus pas ngidupin kulkas bunyinya 'nyuing nyuing nyuing'. Hahahaaaa.... Ya udah ga papa, sabar...
Abis ganti baju dan baru juga mau istirahat dikasur tiba-tiba GUBRAAAAK... kasur yang saya tiduri jeblos... Astagfirullah...apa lagi si ini?? Ekspektasinya nginep di hotel murah dan nyaman malah begini...ckckck...
Aduh rasaaaanya keseeel banget dan langsung nelpon resepsionis. Gak lama ada tiga petugas yang datang ngebenerin kasur. Kami bertiga duduk lesu ngeliatin mereka. Ada satu petugas yang bilang nunggu di lobi aja sambil nunggu kasurnya dibenerin, trus kami bilang 'udah capek pak, udah gak kuat jalan pengen istirahat. Bisa minta kamar lain gak?' haha, teteup usaha minta kamar laen. Si Bapaknya bilang kalo jam 6 sore ada yang keluar mungkin bisa pindah. Sebuah jawaban penolakan yang diplomatis.
Apalagi yang bisa kami lakukan selain... Ya sudahlah. Terima sadjah.
Sebenernya saya gak mau sebut nama hotelnya, takut nantinya berpengaruh buruk sama citra mereka. Tapi saya mikir, kasian juga sama customer yang berekspektasi sama hotel ini dan mengalami hal yang kami rasakan. Semoga aja kalo pihak hotel baca bisa jadi bahan evaluasi biar kinerjanya dibenerin kedepan. Dan buat yang mau nginep disana jangan berekspektasi tinggi nanti saaaaakittt hati #diiringi sountrack Ekspektasi- Kunto aji#
Ok, lupakan tentang hotel. Selanjutnya sore kami lanjut ke Mesjid agung Semarang. Kami nyampe sana pas banget azan magrib. Mesjidnya bagus banget. Mesjid ini dilengkapi lift tapi pas kesana liftnya lagi mati. Betah banget lama-lama disini. Azka sampe bilang 'bisa gak ya kita nginep disini aja besoknya baru ngambil barang ke hotel' hahaha. Saya si maunya juga gitu. Tapi kan dari Mesjid Agung ini kami rencananya mau ke Semarang Night Carnaval di sekitaran kota lama.
Tapi, manusia hanya bisa merencanakan, Perencanaan kami tidak mendapat dukungan semesta. Rencananya abis sholat Isya kami mau langsung ke Semarang Night Carnaval. Eh eh eh... Ternyata abis sholat, hujan deras turun. Hujannya deres banget dan kami lari-larian ngambil sepatu yang ditaro di pelataran mesjid. Baju basah dan sepatupun basah. Setelah beberapa lama berteduh di sudut mesjid, ujan tetap gak berenti dan perut keroncongan rock and rollan. Kami memutuskan untuk nyari makan di area souvenir dan beli oleh-oleh, dan kemudian pulang ke hotel.
Besok paginya, setelah sarapan, check out langsung menuju stasiun poncol naik kereta Kalijaga menuju solo.
perjalanan dari pulang dari Semarang ke Solo
Pas nyampe Solo sekitar jam setengah 12, langsung beli tiket prameks ke Jogja dan Alhamdulillah dapat yang jam 12.10 dan masih dapat kursi. Dan jam setengah 2 akhirnya nyampe juga di Jogja, Jogja, Jogja Istimewa.
Hari ini meet up sama anak-anak kelas. Lumayan rame walau ada jg yg gak bisa datang. Hari ini saya pake baju coklat dan hitam. Dannn jeng jeng pas ketemuan tadi 75% pada pake baju yg ada hitam dan coklat padahal gak janjian samaan. Beuh kompak anet ciyyy.
Hari ini adalah salah satu hari saya mendapat inspirasi.
Tadi pagi sebelum berangkat, saya nonton sebuah ulasan di TV 'the greats'. Kisahnya berkisah tentang seorang pelari tercepat dari oxford univ. Dia bener-bener udah tenar dan memecahkan rekor lari sampai-sampai dihadiahi gelar kehormatan dari kerajaan Inggris. Tapi dia lebih memilih berhenti dan mengikuti passionnya jadi dokter ahli syaraf. Tau kalian apa katanya? Intinya dia sudah puas dg berlari; dia sudah selesai dg challange didunia lari. Dia lebih ingin menekuni dunia syaraf karena walaupun gak dapat sorotan luas; dia ngerasa hidupnya lebih hidup. Karena dia memilih dunia yang tantangannya tak terbatas. Banyak yang harus dipecahkan dan ditemukan. Bahkan sampe ujung usia dia juga tidak yakin apakah tantangan tersebut terselesaikan. Dia merasa lebih hidup karena tiap waktu dia harus menemukan jawaban permasalahan di dunia syaraf. Sehingga tiap hari dia merasa harus terus berusaha dan berusaha.
Entahlah, saya seperti dapat A-HA moment tadi. Yup. Menginspirasi.
Kau tau, saya membayangkannya dia terus menanjak setahap demi setahap terus menerus. Dan tanpa disadarinya ketika dia melihat kebelakang telah banyak yang dia lakukan. Dan ketika masanya selesai, dia tidak akan menyesali setiap hari yang dilewati dalam hidupnya.
Agak kaget dan sedih barusan liat di twitter ada berita meninggalnya Zaha Hadid karena serangan jantung. Well, saya salah satu pengagum karya Zaha Hadid ini. Menurut saya karya-karyanya ini nyetrik, futuristik, gak kepikiran, dan waw. Saya bahkan bnyak donlotin video yang ngebahas bangunan yang dia bikin. Kece bgt dah pokoknya.
Semoga sepeninggalan dia, akan banyak arsitek wanita berbakat yang menghasilkan karya monumental seperti Zaha Hadid.
Dan semoga saya bisa mengunjungi tiap bangunan yang pernah dia buat.
Kegiatan pertama saya klo bangun subuh itu ngebuka pintu. Udaranya segar sekali. Kalo bangunnya jam 4, maka dilangit masih akan tampak bintang-bintang. Semakin siang burung-burung bertebangan bernyanyi-nynyi di pohon depan kosn. Kemudia ketika mentari mulai muncul, akan terlihat langit cerah kebiruan. Saya memandang takjub. Pagi hari memang waktu yang tepat untuk berpikir.
Berhubung udah kelar tesis dan gak
tau mau ngapain, jadinya saya dua hari ini baca novel ‘Hujan’ karya Tereliye. Cerita
ini baru aja selesai saya baca dua jam yang lalu. Terus mikir, “ah… ngeblog ah”.
Look! Perahu kertas bikin tampilan novel ini lebih hidup kan? :P
‘Hujan’. Cerita ini mengisahkan Lail,
Esok dan Hujan. Kenapa judulnya hujan karena setiap kisah penting dalam hidup
Lail (yang sebagian besar tentang Esok) terjadi ketika Hujan. Settingnya
dimulai pada tahun 2042 dan beberapa tahun selanjutnya. Novel futuristic ini
ngajak kita menghayal mengawang-awang membayangkan kecanggihan masa depan. Haha…
saya jadi bayangin doraemon. Cuman di novel ini gak ada siy ya kucing yang bisa
ngomong kayak doraemon. Adanya mobil terbang, tablet setipis kertas dan tentu
saja Pusat Terapi Syaraf yang bisa ngehapus kenangan buruk.
Cerita ini gak mungkin terjadi tanpa
ada kejadian gempa besar yang diakibatkan meletusnya gunung purba dibelahan
benua lain. Novel ini gak nyeritain nama gunung, nama kota, nama negara, nama
universitas dan sebagainya. Jadinya kita sebagai pembaca dituntut berimajinasi
namanya apa. Letusan gunung besar itu menyebabkan kerusakan total dihampir
seluruh dunia. Ceritanya penduduk bumi hanya tinggal 10% dari populasi semula. Lail
jadi yatim piatu dan Esok kehilangan kakak-kakaknya. Cerita ini berkisah
tentang bagaimana seorang anak lelaki menyelamatkan anak perempuan. Cerita ini
nyeritain gimana mereka melewati hari-hari berat mereka dipengungsian. Kemudian
meraka harus terpisah karena Esok di adopsi oleh Walikota dan Lail akhirnya
tinggal dipanti.
Ah btw, jadi inget gempa Bengkulu
tahun 2000 dengan kekuatan 7.2 skala richter. Dari saat itu saya jadi lebih ngeh gempa.
Setiap orang bercerita terjadi gempa disuatu tempat, pertanyaan pertama saya
adalah berapa skalarichter, kedalaman dan waktunya, sehingga bisa memprediksi
kekuatannya. Baca novel ini bikin saya inget kenangan pas ditenda gegara rumah
saya dan rumah tetangga sekitar retak parah gegara gempa tahun 2000. Jadi inget
sedih dan senangnya tinggal ditenda. Orang-orang yang belum pernah ngerasain
jadi pengungsi mungkin gak akan pernah paham rasa takut, cemas, senang, bahagia
berbaur jadi satu. Jadi ingat bantuan selimut, sarung, beras dan mie yang
dibagikan para relawan. OK skip. Lanjut ke cerita ‘Hujan’.
Jadi singkat cerita si Esok ini
pinternya kebangetan trus diterima diuniversitas di Ibukota, jadi engineer
terkenal gitu deh. Dan Lail ini nantinya jadi relawan dan perawat. Mereka Cuma sesekali
aja ketemu karena tinggal dikota yang berbeda. Si pak walikota ini punya anak,
nahhhh Lail ini cemburu sama anak walikota gitu. Meletusnya gunung purba itu
bikin suhu bumi turun drastis alias terjadi volcanic winter gegara banyak sulfur
dioksida yang dimuntahkannya. Negara-negara subtropis yang kena winter parah
ngirim pesawat ulangalik yang berisi gas anti sulfur dioksida. Akhirnya cuaca
berangsur-angsur normal. Tapi belakangan tindakan itu bikin kerusakan, hujan
gak pernah turun lagi, bumi malah tambah panas dan akan tidak bisa ditinggali
beberapa tahun selanjutnya. Bumi diambang kepunahan.
Terus Esok ini bikin kapal yang bisa
bikin sebagian penduduk bumi keluar angkasa, nyari tempat buat melanjutkan
kehidupan. Cuma orang-orang tertentu yang terpilih oleh sistem yang bisa masuk
kapal itu. Esok ini punya dua tiket masuk kapal. Nah, ternyata satu tiket
dikasih ke anak pak walikota. Lailnya cemburu gitu deh. Ngambek, merasa gak
dicintai oleh Esok. Lail mikirnya si Esok pergi bareng anak walikota. Heleehh…ternyata
enggak. Satu tiket lagi Esok kasih ke ibunya. Dan ternyata Esok memutuskan
untuk kekota tempat Lail tinggal. Tapi gegara cemburu, Lail udah keburu
memutuskan untuk masuk ke Pusat Terapi Syaraf untuk nghapus semua kenangan
tentang ‘Hujan’. Dan jika itu terjadi berarti dia akan lupa Esok.
Jeng..jeng..jeng…Esok berpacu dengan
waktu untuk menghentikan tindakan Lail. Karena si Esok ini punya akses terhadap
teknologi buatannya, dia jadi bisa masuk ke Pusat Terapi Syaraf. Cuma dia gak
punya akses ke ruang operasi syaraf tempat dimana Lail operasi Mengapus
Kenangan. Tapi tenang. Happy ending kok. Lail gak jadi menghapus kenangan. Gegara
dia dinasehatin gini sama paramedic yang nanganinnya:
“Ratusan
orang pernah ada diruangan ini. Meminta agar kenangan mereka dihapus. Tetapi
sesungguhnya, bukan melupakan yang jadi masalahnya. Tapi menerima. Barangsiapa
yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan. Tapi jika dia tidak bisa
menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan”
Well, saya baru aja minum es coklat. Hmm... Penuh coklat rasanya mulut ini. Belum biasa kali ya. Hahaha.... Tadi abis ke perpustakaan, suka banget deh sama kursinya. Nyaman banget. Pengen punya satu hihi. Tadi saya mikir gini 'duh, enaknya klo perpustakaan milik sendiri'.
Sekarang lagi ribet-ribetnya nulis tesis. Saya lagi fokus sama 'persiapan' penulisannya *ciaelaa. Status-status temen-temen dimedsos juga gak jauh-jauh dr semangat nulis tesis. Kata-kata motivasi dsb. Saya beranggapan bahwa lawan terberat adalah diri sendiri. Karena mungkin teman, partner, kolega kita punya 'daya saing' sendiri, cuma saya yakin bahwa seumur hidup cuma diri kita inilah lawan yang paling kuat. Melawan diri sendiri, melawan rasa malas. So, sometimes saya gak terlalu perduli dengan orang mau nulis apa, toh gak semuanya bener kan. Bukan berarti saya merasa tersaingi. Saya melihat sesuatu yang saya hadapi sebagai tantangan saya. Dan gak ad gunanya juga ngelirik kiri kanan.
Mungkin ada yang paham ada juga yang gak sama pola pikir ini. Hmm... Udah gitu dulu aja cuap-cuap kali ini.
Have a nice day everyone :)
Well, diluar lagi ujan deres bgt. Jadinya saya nulis aja kali ya. Tadi di berita katanya newyork lg badai salju. Semoga mereka baik-baik saja, ujan aja udah dingin apalagi salju.
Saya lagi mikirin quote tentang choice. Iya ya, setiap apa yang kita pilih sekarang akan menentukan kita dimasa datang. Apa yang saya pilih dimasa lalu itu menjadikan saya sekarang.
Well, semoga pilihan saya kedepannya merupakan pilihan terbaik yang membawa saya ke right place.
Selamat beraktivitas semua, semoga hari kita menyenangkan.
:)
Kali ini aku ingin mengungkapkan perasaan yang lebih frontal dari biasanya.
Kau tau, awal tahun ini aku belum bisa memenuhi keinginanku untuk melihat sunrise pertama ditahun 2016 di borobudur. Semoga tahun 2017 bisa terlaksana.
Awal tahun ini adalah puncak dari kegalauanku. Rasanya sedih sekali ketika mengetahui Vic Zhou menikah. Ah, aku ngefans banget sama zai-zai. Dari smp udah suka banget. Tapi seneng akhirnya dia menemukan kebahagiaannya.
Dan yang lebih menyakitkan adalah ketika kau tau 'lelaki hijau'mu akan menikah dengan orang lain. Namun, aku tetap bahagia akhirnya. Semoga ia mendapat pasangan yang terbaik.
Seperti baliho yg sempat terbaca olehku di jalan kaliurang tadi, kalo ga salah kata-katanya gini: "Its hard to forget someone who gave you too much to remember".