RSS

Traditional dance

Saya baru aja pulang dari nonton pertunjukan budaya di kampus. Tadi ditampilin berbagai tarian dari berbagai daerah di Indonesia. Saya nontonnya gak sampe selesai sih... Tapi tadi teringat sama masa-masa dimana saya nari dulu. Hahaha.... tarian pertama adalah tari dinding bak dinding dari Padang. Aih.. Saya pas TK dulu nari ini, nampil di panggung pantai panjang. Waktu TK lumayan sering saya nari tapi yang paling berkesan adalah tarian ini karena nadanya enak "dinding bak dinding oii dinding bak dindinggg....."

Terus-terus tadi ada tarian Aceh saya grup cowok dan grup cewek. Ahh... saya inget juga pernah nari ini sama anak-anak BEC, diajarin sama miss mil buat tampil pas perpisahan. Aihhhh... jadi kangen anak BEC; seli, jumi, ola. anahe, lani, galuh, rohi, lia, mis mil, ka inab, ka wiwit, kak maria, imah, day, aahhh semuanya dah. Jadi inget nari ini pas di Situ Gintung waktu perpisahan BEC. Ah... masa-masa yang berkesan banget lah di BEC itu, walaupun tempatnya gak layak banget sama yang dijanjikan, banyak tikus, berantakan, tapi entah mengapa rasanya hati tenang, tentram, bahagia banget sama mereka ini. Saya  inget abis nari ini, gak lama kemudian kita pulang liburan lebaran dan semua anak akan pindah dari BEC. Pas mau berangkat megang koper saya nangis kejer banget karena tau pas pulang kembali nanti kami sudah punya tempat kosan masing-masing. Jadi ya, tari saman ini, memiliki memori yang 'menjalar-jalar'. Bagian yang paling saya suka adalah pas bagian gelombang. Ciamik kece badai halilintar sukaaaa. Saya gak paham apa arti liriknya tapi liriknya tu kalo gak salah gini:"haila otsa... ilulaombakme...."

Ada tarian-tarian lainnya yang saya bawakan sewaktu SMP. Ya... karena emang harus buat nilai mata pelajaran kesenian. Tari  melayu, tari persembahan, modern dance, tapi gak terlalu menarik bagi saya coz kalo yang udah rada gemulai-gemulai ini bodi nolak gitu wkwkkwk...
:D

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Perihal 'Rindu'

Akhirnya selesai juga baca bukunya Tereliye ‘Rindu’. Gila, tiga bulan buat nyelesai buku ini. Ini rekor novel terlama yang saya baca. Tapi tetep aja saya lanjutin baca. Perlahan tapi pasti selesai juga buku ini. Hmm... secara keseluruhan bukunya bagus, tapi terlalu flat dan bisa ditebak arahnya mau kemana. Tapi lumayan lah untuk mengisi waktu senggang. Walau bagaimanapun saya menghargai tulisan ini. Jadi seorang penulis pasti sussyaah ya. 

Tapi ada yang bikin saya terkesan dalam buku ini, dihalaman 492 ada tulisan begini waktu Gurutta menjelaskan hakikat cinta sejati pada Ambo:
“Apakah cinta sejati itu? Maka jawabannya, dalam kasus Kau ini, cinta sejati adalah melepaskan. Semakin sejati perasaan itu, maka semakin tulus Kau melepaskannya. Persis seperti anak kecil yang menghanyutkan botol tertutup dilautan, dilepas dengan rasa suka-cita. Aku tau Kau akan protes, bagaimana mungkin? Kita bilang itu cinta sejati, tapi Kita justru melepaskannya? Tapi inilah rumus terbalik yang tidak pernah dipahami para pencinta. Mereka tidak pernah mau mencoba memahami penjelasannya, tidak bersedia”

“Lepaskanlah, Ambo. Maka besok lusa, jika dia adalah cinta sejatimu, dia pasti akan kembali dengan cara mengagumkan. Ada saja takdir hebat yang tercipta untuk kita. jika dia tidak kembali, maka sederhana jadinya, itu bukan cinta sejatimu. Hei, Ambo, kisah-kisah cinta didalam buku itu, di dongeng-dongeng cinta, atau dihikayat orang tua, itu semua ada penulisnya. Tapi kisah cinta Kau, siapa penulisnya? Allah. Penulisnya adalah pemilik cerita paling  sempurna di muka bumi. Tidakkah sedikit saja Kau mau meyakini bahwa kisah Kau pastilah yang terbaik yang dituliskan”

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS